Bagi penikmat drama Korea, judul Fight For My Way mungkin sudah tidak asing lagi. Serial yang mempertemukan Park Seo Joon dan Kim Ji Won ini berhasil memikat hati penonton bukan hanya karena visual para pemainnya, tetapi berkat chemistry kuat yang terjalin di antara mereka. Kisahnya sederhana namun mengena, mengangkat tema klasik “sahabat jadi cinta” yang dibalut dengan realitas kehidupan empat sekawan. Fokus utamanya terletak pada Ko Dong Man, seorang mantan atlet taekwondo yang pensiun dini dan sempat kehilangan arah, serta sahabat masa kecilnya, Choi Ae Ra, yang berjuang keras menembus dunia kerja korporat.
Dukungan karakter pendukung juga memberikan warna tersendiri. Ada pasangan Ahn Jae Hong (Kim Joo Man) dan Song Ha Yoon (Baek Seol Hee) yang menyajikan dinamika hubungan jangka panjang selama enam tahun. Di jajaran pemeran lainnya, kehadiran aktor veteran seperti Son Byong Ho dan Kim Ye Ryeong sebagai orang tua Dong Man, serta penampilan Choi Woo Shik dan Kwak Dong Yeon, semakin memperkaya alur cerita. Saat ini, drama tersebut dapat disaksikan secara legal di berbagai platform streaming, termasuk raksasa layanan streaming global, Netflix.
Mitos Abadi Label “Netflix Original”
Namun, keberadaan judul-judul populer seperti Fight For My Way atau drama Korea lainnya di platform seperti Netflix memunculkan pertanyaan lebih luas mengenai stabilitas katalog layanan tersebut. Selama satu dekade terakhir, Netflix telah secara agresif mengembangkan pustaka konten orisinalnya. Dari yang awalnya bergantung penuh pada judul berlisensi, kini terdapat sekitar 4.855 judul “Netflix Original” yang mencakup hampir 62% dari total pustaka mereka di Amerika Serikat. Strategi ini vital untuk menjaga loyalitas pelanggan.
Meski demikian, label “Original” ternyata tidak menjamin sebuah tayangan akan menetap selamanya. Beberapa tahun terakhir, kita menyaksikan ratusan judul yang menyandang logo Netflix Original justru menghilang dari layanan. Fenomena ini sering memicu kebingungan dan keriuhan di media sosial, terutama ketika daftar “judul yang akan dihapus” mulai beredar. Kuncinya terletak pada pemahaman bahwa tidak semua konten orisinal diciptakan dengan kesepakatan yang sama.
Kategori Kepemilikan dan Hak Distribusi
Secara garis besar, konten di Netflix dapat dikategorikan berdasarkan hak kepemilikannya. Kategori pertama adalah tayangan yang dimiliki sepenuhnya (Owned Outright). Ini biasanya berlaku untuk produksi internal di mana Netflix terlibat sejak tahap pengembangan awal hingga rilis. Judul-judul besar seperti Stranger Things, The Witcher, Bridgerton, hingga Red Notice masuk dalam kategori ini. Karena Netflix memegang hak cipta dasarnya, tayangan-tayangan ini hampir dipastikan aman dan akan bertahan di platform tanpa batas waktu, kecuali dalam kondisi yang sangat luar biasa.
Berbeda halnya dengan kategori kedua, yaitu Distribusi Eksklusif (Exclusive Distributor). Model ini sangat umum terjadi pada masa-masa awal Netflix dan masih sering diterapkan, terutama untuk konten internasional seperti drama Korea. Dalam skema ini, Netflix hanya bertindak sebagai distributor eksklusif di wilayah tertentu setelah tayangan tersebut selesai masa tayangnya di jaringan asalnya. Contoh klasiknya adalah Better Call Saul yang didistribusikan Netflix secara internasional, sementara di Amerika Serikat hak siarnya dipegang AMC. Begitu pula dengan serial Inggris seperti Peaky Blinders (BBC) atau Chewing Gum (Channel 4). Karena Netflix tidak memegang hak global selamanya, judul-judul dalam kategori ini memiliki risiko dihapus setelah masa kontrak distribusi berakhir, seperti yang terjadi pada Babylon Berlin pada Februari 2024.
Kerumitan Produksi Bersama dan Akuisisi
Kompleksitas hak cipta semakin terlihat pada kategori produksi bersama (Co-Production) dan akuisisi. Banyak judul besar yang tampak seperti produk murni Netflix, sebenarnya memiliki hak distribusi dasar yang dipegang pihak lain. The Night Agent, misalnya, diproduksi oleh Sony Pictures Television. Meskipun Netflix memiliki hak tayang selama masa hidup serial tersebut ditambah periode tertentu (misalnya 10 tahun), pada akhirnya hak tersebut akan kedaluwarsa. Kesepakatan serupa berlaku untuk konten dari DreamWorks Television; sejumlah judul animasi mereka telah meninggalkan layanan setelah periode kontraknya habis.
Hal yang sama berlaku untuk film atau dokumenter yang diakuisisi setelah diproduksi secara independen (Acquisition). Film pemenang penghargaan seperti Train Dreams atau The Mitchells vs. The Machines mungkin tampak eksklusif, namun statusnya sering kali terikat kontrak waktu terbatas, bisa dalam hitungan dekade atau lebih singkat. Jadi, ketika Anda menikmati maraton drama Korea atau film terbaru di akhir pekan, ingatlah bahwa lanskap streaming bersifat cair. Kesepakatan lisensi dapat berubah, diperpanjang, atau berakhir, menjadikan keberadaan judul favorit di daftar tontonan Anda sesuatu yang patut dinikmati selagi ada.



