Microsoft mengambil dua langkah signifikan yang menunjukkan fokus gandanya pada masa depan keamanan siber dan pelestarian warisan komputasi. Di satu sisi, perusahaan memperketat keamanan layanan Azure dengan mewajibkan autentikasi multifaktor (MFA). Di sisi lain, Microsoft membuka kembali lembaran sejarah dengan merilis kode sumber Microsoft BASIC yang ikonik setelah hampir 50 tahun.
Langkah Proaktif Menuju Keamanan Azure yang Lebih Kuat
Sebagai bagian dari inisiatif yang lebih luas bernama Secure Future Initiative (SFI) yang diperkenalkan pada akhir 2023, Microsoft terus berupaya memperkuat ekosistemnya dari berbagai ancaman siber. Salah satu pilar utama dari inisiatif ini adalah penerapan autentikasi multifaktor secara wajib untuk akun-akun penting. Menurut Microsoft, MFA adalah salah satu langkah keamanan paling efektif yang tersedia saat ini, yang mampu memblokir sebagian besar serangan yang menargetkan akun pengguna.
Fase pertama dari kebijakan ini telah dimulai pada Oktober 2024, menargetkan proses login ke Azure Portal, Microsoft Entra Admin Center, dan Intune Admin Center untuk operasi CRUD (Create, Read, Update, Delete).
Fase Kedua: Pemberlakuan Wajib MFA Diperluas Mulai 1 Oktober 2025
Microsoft kini mengumumkan fase kedua yang akan dimulai secara bertahap pada 1 Oktober 2025. Pemberlakuan MFA secara wajib ini akan diperluas untuk mencakup serangkaian aplikasi dan antarmuka yang lebih teknis, di antaranya:
-
Azure CLI (Command-Line Interface)
-
Azure PowerShell
-
Azure SDK
-
Aplikasi seluler Azure
-
Infrastructure as Code (IaC) (yang menggunakan ID Azure CLI atau PowerShell)
-
REST API (Control Plane)
Kebijakan ini akan berlaku untuk semua pengguna yang masuk ke aplikasi-aplikasi tersebut, tanpa memandang peran administrasinya. Hal ini juga mencakup lingkungan pengujian (test environments) dan akun darurat (break-glass accounts), tidak hanya sistem produksi.
Hal yang Perlu Diperhatikan Administrator
Ketika pemberlakuan ini dimulai, pengguna yang mencoba masuk tanpa MFA masih dapat mengakses aplikasi tersebut. Namun, saat mereka mencoba untuk membuat, memperbarui, atau menghapus sumber daya, sistem akan menampilkan pesan kesalahan dan meminta mereka untuk masuk kembali menggunakan MFA. Bagi pengguna yang sudah menerapkan MFA, tidak akan ada perubahan yang terasa.
Microsoft sangat menyarankan para administrator untuk mulai menguji penerapan MFA sebelum kebijakan ini diwajibkan. Pengujian dapat dilakukan melalui proses penyiapan MFA manual atau menggunakan templat Conditional Access jika perusahaan Anda memanfaatkannya.
Perhatian khusus perlu diberikan pada skrip otomatisasi yang mungkin masih menggunakan identitas pengguna. Microsoft merekomendasikan untuk tidak lagi menggunakan identitas pengguna untuk tugas-tugas otomatis dan segera memigrasikannya ke identitas beban kerja (workload identities), seperti Service Principals dan Managed Identities. Identitas beban kerja ini tidak akan terpengaruh oleh kebijakan MFA wajib yang baru.
Bagi perusahaan yang menggunakan solusi MFA dari pihak ketiga, penting untuk memverifikasi bagaimana solusi tersebut dapat diintegrasikan dengan Microsoft Entra ID untuk memastikan kelancaran transisi.
Melihat Kembali ke Masa Lalu: Kode Microsoft BASIC Kini Open Source
Sementara fokus perusahaan tertuju pada keamanan masa depan, Microsoft juga memberikan penghormatan pada sejarahnya. Setelah hampir setengah abad, Microsoft secara resmi merilis kode sumber untuk Microsoft BASIC versi 1.1 untuk prosesor MOS Technology 6502 melalui GitHub.
Jauh sebelum dikenal dengan sistem operasinya, Microsoft membangun reputasinya melalui interpreter bahasa pemrograman BASIC. Perangkat lunak yang dirilis pada tahun 1976 ini dilisensikan oleh produsen komputer ternama saat itu, Commodore, dan membantu Microsoft menancapkan namanya di industri teknologi.
Prosesor MOS 6502 sendiri merupakan otak di balik banyak perangkat legendaris di era 8-bit, seperti Apple I dan II, Atari 2600, Nintendo Entertainment System (NES), dan Commodore C64.
Hadiah untuk Komunitas Retro Computing
Meskipun bahasa BASIC tidak lagi relevan untuk sistem komputasi modern, minat terhadapnya masih sangat tinggi di kalangan komunitas retro computing yang sedang berkembang pesat. Langkah Microsoft untuk membuka kode sumber ini dinilai sangat terpuji. Hal ini memungkinkan para penghobi dan sejarawan teknologi untuk mempelajari lebih dalam era 8-bit dalam sejarah komputer—sebuah masa ketika pasar masih sangat muda, dinamis, dan penuh gejolak. Masih harus dilihat sejauh mana rilis ini akan memberikan dorongan baru bagi komunitas retro, namun yang pasti, ini adalah langkah pelestarian sejarah digital yang sangat berharga.