Business

Samsung Investasikan 1,1 Triliun Won Selama 12 Tahun untuk Riset ‘Mustahil’, Hasilkan Perusahaan Tembus KOSDAQ

Samsung telah menginvestasikan 1,1 triliun won selama 12 tahun terakhir untuk mendanai berbagai proyek penelitian yang menantang dan tidak konvensional, dengan fokus pada arah dan potensi jangka panjang ketimbang hasil instan. Dukungan ini telah sukses mendorong komersialisasi, termasuk melahirkan perusahaan yang berhasil mencatatkan sahamnya di KOSDAQ.

Pada tanggal 7 November, Samsung mengadakan ‘Forum Tahunan Proyek Pengembangan Teknologi Masa Depan 2025’ di Hotel InterContinental Parnas, Gangnam, Seoul. Acara ini dihadiri oleh sekitar 400 peneliti, akademisi, dan pejabat, termasuk perwakilan dari berbagai partai politik dan eksekutif Samsung. Forum ini, yang telah berjalan sejak 2014, untuk pertama kalinya dibuka untuk liputan media.

Filosofi Proyek: Mendukung ‘Kegagalan Indah’

Proyek Pengembangan Teknologi Masa Depan (Future Technology Promotion Project) adalah salah satu kegiatan kontribusi sosial utama Samsung, yang berfokus pada kemajuan dan masa depan negara. Diluncurkan pada tahun 2013 dengan dana 1,5 triliun won, program ini bertujuan mendanai penelitian yang orisinal, menantang, dan inovatif yang dapat berkontribusi bagi umat manusia.

Hingga saat ini, program ini telah memilih 880 proyek dan menyalurkan dana penelitian sebesar 1,1419 triliun won. Sekitar 16.000 peneliti, termasuk 1.200 profesor, telah berpartisipasi.

Tujuan utamanya adalah ‘mendukung penelitian yang belum pernah dicoba oleh siapa pun’ dan ‘menyambut kegagalan indah’. Program ini secara sadar menghindari tekanan untuk menghasilkan pencapaian jangka pendek, yang merupakan masalah umum dalam dunia R&D Korea. Tingkat keberhasilan R&D Korea yang sangat tinggi, sekitar 90%—jauh di atas Amerika Serikat (17,8%) atau Eropa (sekitar 20%)—menunjukkan bahwa banyak peneliti cenderung menghindari proyek berisiko tinggi.

Studi Kasus 1: Menantang Teori Kosmologi Standar

Salah satu penerima dana adalah Profesor Jeon Myung-won dari Universitas Kyung Hee. Pada tahun 2022, ia merasa bingung setelah melihat gambar dari Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST). Gambar tersebut menunjukkan galaksi dan bintang yang seharusnya tidak mungkin ada menurut ‘Model Kosmologi Standar’.

Teori standar menyatakan bahwa galaksi di awal alam semesta seharusnya redup dan belum matang. Namun, JWST menunjukkan galaksi yang jauh lebih terang dan masif. Profesor Jeon ragu apakah harus menantang teori dominan atau mengabaikannya.

“Dukungan dari Proyek Teknologi Masa Depan Samsung sejak 2024 memberi saya keberanian,” kata Profesor Jeon. Dengan menghubungkan 1.000 GPU untuk merekonstruksi alam semesta awal, timnya menghasilkan data yang menunjukkan bahwa galaksi-galaksi awal tumbuh jauh lebih cepat daripada yang diprediksi oleh teori standar.

Studi Kasus 2: Dari Matematika Hingga Fitur AI Galaxy Watch

Contoh lain datang dari Profesor Kim Jae-kyung (KAIST), seorang ahli matematika yang ingin menggunakan keahliannya untuk membantu orang. Ia terpilih untuk meneliti ‘metodologi matematika baru untuk analisis data deret waktu’.

“Ini adalah penelitian yang tidak akan pernah saya bayangkan tanpa dukungan Samsung,” ujarnya.

Profesor Kim mengalami kegagalan selama tiga tahun berturut-turut, namun pendanaan tidak dihentikan. Akhirnya, ia berhasil mengidentifikasi hubungan kausal dalam penyebaran demam berdarah (yang pertama di dunia), serta hubungan antara tidur dan gangguan suasana hati.

Penelitiannya tentang pemodelan matematika ‘jam biologis’ tubuh kini telah diimplementasikan. Teknologi ini menjadi dasar fitur ‘AI Sleep Coach’ pada ‘Galaxy Watch 8’ Samsung, yang menganalisis pola tidur pengguna dan merekomendasikan waktu tidur dan bangun terbaik.

Komersialisasi: Dari Riset Menjadi 65 Startup

Dukungan Samsung tidak berhenti pada dana penelitian. Program ini menyediakan paket ‘End-to-End’, termasuk bimbingan ahli, pertukaran teknologi dengan industri, dan dukungan untuk kewirausahaan teknologi. Hingga saat ini, 65 proyek penelitian telah berhasil bertransformasi menjadi startup.

Salah satu kisah sukses terbesar adalah ‘Protina’, yang didirikan oleh Profesor Yoon Tae-young dari Universitas Nasional Seoul. Setelah menerima dukungan selama lima tahun, Protina mengembangkan platform skrining antibodi berkecepatan tinggi untuk menemukan kandidat obat baru. Pada bulan Juli lalu, Protina berhasil mencatatkan sahamnya di KOSDAQ.

Selain itu, ‘Mangoboost’, yang didirikan oleh Profesor Kim Jang-woo (Universitas Nasional Seoul) pada tahun 2022, juga merupakan hasil dari program ini. Perusahaan tersebut mengembangkan teknologi semikonduktor sistem untuk mengatasi hambatan di pusat data dan kini bekerja sama dengan raksasa teknologi global.

Guk Yang, Ketua Yayasan Pengembangan Teknologi Masa Depan Samsung, menutup forum tersebut dengan menyatakan, “Proyek ini telah membangun fondasi bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi nasional. Kami akan terus memperkuat dukungan agar peneliti dapat fokus pada penelitian mereka dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan masyarakat kita.”