Harapan Tim Nasional Tiongkok untuk tampil di Piala Dunia 2026 resmi sirna setelah kekalahan mengejutkan dari Indonesia dalam laga kualifikasi yang digelar Kamis malam. Gol tunggal yang dilesakkan striker Indonesia, Ole Romeny, lewat titik penalti menjadi pukulan telak yang mengakhiri peluang Tiongkok melaju ke babak play-off.
Ini merupakan kekalahan pertama Tiongkok dari Indonesia dalam 68 tahun terakhir, sekaligus kekalahan keempat secara beruntun di babak kualifikasi zona Asia untuk Piala Dunia 2026. Hasil ini membuat Tiongkok terpuruk di dasar klasemen grup C dan gagal menembus empat besar — suatu pencapaian yang digambarkan media sebagai tamparan memalukan bagi sepak bola nasional.
Media terkemuka Tiongkok, Sina, secara tajam mengkritik pelatih Branko Ivankovic, menyebut bahwa ia melakukan banyak kesalahan strategis selama pertandingan. Kritikan juga menyasar keputusan-keputusan taktis yang dinilai gagal mengantisipasi permainan lawan.
Sementara itu, kantor berita Xinhua dalam laporannya menuliskan judul yang lugas: “Tiongkok gagal lolos ke Piala Dunia FIFA 2026 usai dikalahkan Indonesia.” Laporan tersebut menyoroti performa buruk tim, menyebut posisi juru kunci di grup sebagai aib besar dan pukulan telak bagi sepak bola Tiongkok.
Media olahraga Sports163 turut menyoroti ketidakpastian masa depan Ivankovic usai rentetan hasil negatif ini. Selain itu, kepergian beberapa pemain naturalisasi disebut sebagai faktor yang melemahkan komposisi skuad dan memperparah kondisi tim saat ini.
Tak hanya media, para pendukung pun meluapkan kemarahan mereka di media sosial. Banyak yang menilai bahwa tim nasional saat ini tidak layak mewakili negara dan hanya membuang sumber daya nasional.
Seorang penggemar menulis, “Di mana posisi kita di Asia? Sudah 23 tahun sejak terakhir kali Tiongkok tampil di Piala Dunia.” Komentar lain dengan nada lebih tajam menyebut, “Orang-orang di warung desa pun bermain lebih baik dari mereka.”
Kekalahan ini tak hanya menutup lembaran Tiongkok di kualifikasi Piala Dunia, tetapi juga membuka kembali diskusi publik tentang masa depan sepak bola negara tersebut — mulai dari struktur pelatihan, kebijakan naturalisasi pemain, hingga arah pengembangan tim nasional di masa mendatang.