Business

Optimisme Pemangkasan Suku Bunga The Fed Kerek Bursa Saham Global ke Zona Hijau

Bursa saham global mencatatkan pergerakan positif pada perdagangan hari Kamis, didorong oleh meningkatnya keyakinan investor bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada bulan depan. Sentimen ini membuat dolar AS sedikit melemah terhadap sebagian besar mata uang utama, meskipun yen Jepang masih berada dalam pengawasan ketat terkait potensi intervensi pasar. Meskipun aktivitas perdagangan sedikit terbatas karena pekan yang terpotong hari libur, nada pasar secara umum tetap optimis.

Kekhawatiran mengenai “gelembung AI” yang sempat mengguncang ekuitas pada awal November kini mulai dikesampingkan oleh para pelaku pasar. Analis pasar dari IG, Chris Beauchamp, menilai bahwa selama mesin utama ekonomi berjalan dengan baik, kekhawatiran mengenai valuasi tinggi akan terpinggirkan untuk sementara waktu. Namun, ia tetap mengingatkan bahwa katalis yang paling mungkin untuk menghentikan reli ini adalah kekhawatiran baru terkait pembengkakan belanja di sektor kecerdasan buatan, yang ia sebut sebagai “kryptonite pasar” saat ini.

Reli Asia dan Rekor Baru India

Gelombang optimisme dari Wall Street merambat kuat ke pasar Asia-Pasifik. Di India, indeks acuan Nifty 50 dan BSE Sensex berhasil menembus rekor tertinggi baru, masing-masing menyentuh level 26.284,2 dan 86.026,18. Capaian ini melampaui rekor sebelumnya yang terakhir kali tersentuh pada September 2024. Senada dengan itu, indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melonjak 1,23% ke level 50.167,1, dipimpin oleh saham-saham teknologi seperti Advantest dan SoftBank Group yang masing-masing mencatatkan kenaikan signifikan.

Di Korea Selatan, indeks Kospi juga mengalami penguatan, sementara Bank of Korea memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 2,5% untuk pertemuan keempat berturut-turut. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pasar di tengah melemahnya mata uang won ke level terendah sejak April dan pasar perumahan yang memanas. Sementara itu, data ekonomi dari Tiongkok menunjukkan tantangan tersendiri, di mana laba industri pada bulan Oktober anjlok 5,5% dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun pasar saham Hong Kong dan Tiongkok daratan ditutup datar.

Spekulasi Kebijakan The Fed dan Data Ekonomi AS

Fokus utama investor global tetap tertuju pada kebijakan moneter Amerika Serikat. Data dari CME FedWatch menunjukkan perubahan drastis dalam sentimen pasar, di mana para pedagang kini memperhitungkan peluang sebesar 85% untuk pemangkasan suku bunga pada bulan Desember, naik tajam dari hanya 30% pada minggu sebelumnya. Pergeseran ekspektasi ini terjadi setelah serangkaian komentar dari pejabat The Fed, termasuk Presiden Federal Reserve Bank San Francisco Mary Daly dan Gubernur Fed Christopher Waller, yang memberikan sinyal dovish.

Situasi data makroekonomi AS sendiri masih dalam pemulihan setelah penutupan pemerintahan (government shutdown) selama 43 hari yang berakhir pertengahan November lalu. Karena sebagian besar laporan yang tersedia dinilai sudah cukup usang dan minim wawasan terkini, investor kini lebih banyak bersandar pada panduan lisan dari para pejabat bank sentral. George Boubouras, direktur pelaksana K2 Asset Management, menilai bahwa pelemahan pasar tenaga kerja saat ini sudah cukup untuk mengimbangi inflasi yang lebih tinggi, sebuah kondisi yang telah diisyaratkan dapat ditoleransi oleh The Fed untuk saat ini.

Dinamika Wall Street dan Mata Uang

Di Amerika Serikat, indeks-indeks utama mencatatkan kenaikan empat hari berturut-turut. Saham Oracle melonjak lebih dari 4% setelah Deutsche Bank menegaskan kembali sikap bullish mereka terhadap emiten tersebut, yang turut mendongkrak rata-rata indeks utama. Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq Composite semuanya ditutup di zona hijau, mencerminkan selera risiko yang kembali pulih di kalangan investor.

Sementara itu di pasar valuta asing, dolar AS mencatatkan kenaikan harian pertamanya dalam sepekan terhadap sekeranjang mata uang, terutama didorong oleh pelemahan euro dan poundsterling. Mata uang Inggris, Sterling, mundur dari level tertingginya dalam empat minggu setelah Menteri Keuangan Inggris, Rachel Reeves, merilis anggaran yang sedikit meredakan kecemasan mengenai keuangan jangka panjang Inggris. Meskipun inflasi inti AS masih berada di atas target, ekspektasi pasar tetap terjaga dengan wajar, memberikan ruang bagi aset berisiko untuk melanjutkan tren kenaikannya.